Kamis, 10 Juli 2008

Pengendalian Hama Dengan Pestisida Alami, Mengapa Tidak ?

Dalam pengelolaan usaha pertanian, ada beberapa faktor yang menunjang keberhasilan dalam meningkatkan produksi yaitu tanah, iklim, tanaman serta pengendalian hama dan penyakit maupun gulma.
Peranan kita sebagai pengelola usaha tani dalam menyiapkan semua faktor penunjang keberhasilan sangat penting. Dan salah satu yang perlu mendapat perhatian adalah pengendalian hama. Yang dimaksud dengan hama disini adalah semua organisme pengganggu berupa binatang/hewan.

Pengendalian secara alami, pilihan tepat.

Dalam berbagai media yang menyampaikan informasi kepada para petani terlihat begitu gencar iklan yang disampaikan mengenai hebatnya produk industri pestisida kimiawi terutama racun (sering salah diucapkan sebagai obat) untuk hama tanaman.
Berbagai cara ditempuh oleh produsen pestisida kimiawi untuk meyakinkan para petani bahwa tanpa obat-obatan (lebih tepat ‘racun’) para petani akan gagal panen.
Dan sebagian penyampaian informasi bersifat menyesatkan, karena ada bagian informasi penting yang tidak disampaikan pada para petani. Kalaupun disampaikan, karena keterbatasan petani dalam mengelola informasi, pesan tersebut tidak mudah dimengerti dan tidak dilaksanakan. Berbagai formula dan merek dagang disajikan bagaikan menu makanan yang harus dipilih petani sebagai santapan. Bahkan secara tidak disadari, sering PPL ikut mendorong penggunaan pestisida kimiawi yang sebenarnya penggunaannya merupakan alternatip terakhir, perlu dibatasi dan diperlakukan dengan sangat hati-hati karena menyangkut penggunaan ‘racun’ yang dapat membahayakan kehidupan semua mahluk dibumi termasuk tanpa kecuali para petani itu sendiri. Kesembronoan dan kenekatan dalam penggunaan pestisida kimiawi secara berlebihan disamping secara ekonomis merugikan, secara ekologis dapat menggangu keseimbangan lingkungan dan menjadi bumerang yang dapat berakibat sangat fatal dan merugikan dalam jangka panjang.
Maka ‘Pemerintah’ melalui program nasional PHT )Pengendalian Hama Terpadu) secara bijaksana melalui berbagai terobosan yang dilakukan telah mencoba mengurangi tingkat pemakaian dan ketergantungan para petani pada penggunaan ‘racun’ buatan pabrik dan lebih menekankan dan mengarahkan pada pengendalian secara alami dengan memanfaatkan pergiliran tanaman, sistem tumpang sari, pengendalian hayati (menggunakan predator maupun parasit), penggunaan varitas tahan hama maupun pestisida botanis/alami.
Dan dalam program nasional PHT, pestisida kimiawi buatan pabrik menjadi alternatip terakhir jika ambang batas ekonomi yang ditimbulkan oleh hama telah terlampaui.

Pestisida botanis/alami

Menurut Kabalitbang Pertanian Dr.Faisal Kasryno dalam pengarahan tertulisnya yang dibacakan Kasputlibangtri Dr. Ir. Darwis SN pada pembukaan Seminar Hasil Penelitian Dalam Rangka Pemanfaatan Pestisida Botanis, Rabu 1 Desember 1993 di aula Balittro Bogor, dikatakan kebutuhan pestisida kimiawi saat ini yang digunakan mencapai sekitar 20.000 ton dengan nilai sekitar Rp 200 -300 Milyar per tahun (Kompas 2 Des 93).
Dari data tersebut, terlihat betapa besar biaya yang harus dibayarkan untuk penggunaan pestisida kimiawi. Maka pilihan penggunaan pestisida alami dalam pengendalian hama dapat menghemat devisa negara sampai bernilai milyaran rupiah. Selain menghemat devisa negara, penggunaan pestisida alami juga memberikan manfaat lainnya seperti ikut menjaga kelestarian lingkungan , tumbuhnya industri hasil pedesaan yang membuat pestisida alami maupun terjaminnya harga dari komoditi yang dipakai untuk pestisida alami.

Adapun beberapa tumbuhan yang dapat berfungsi sebagi pestisida alami antara lain dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut :

No Nama tanaman Cara pembuatan Hama yang dikendalikan
1 Srikaya Biji ditumbuk, dibuat tepung lalu dicampur air. Aphis, semut serangga lain
2 Bunga Mentega Daun dan kulit kayu direndam dalam air kira-kira 30 menit , saring Semut, lalat,serangga lain
3 Crysanthenun Bunga kering digiling, campur dengan lempung halus dan air Bebrbagai jenis serangga
4 Jenu, tuba Akar dan kulit kayu ditumbuk beri air lalu ambil ekstraknya (6 sendok makan ekstrak untuk 3 liter air) Berbagai jenis serangga
5 Gamal/glerecide Daun dan batang ditumbuk, beri sedikit air lalu diambil ekstraknya. Daun segar dan batangnya dapat mengusir serangga Berbagai jenis serangga
6 Tembakau Rendam batang dan tulang daun dalam air 3 hari atau didihkan sebentar. Biarkan dingin, lalu saring Berbagai jenis serangga
7 Tomat Didihkan batang dan daun biarkan sampai dingin lalu saring. Ulat dan lalat hijau
8 Rumput Mala Tangkai dikeringkan, bakar dekat tanaman Mengusir serangga
9 Tembelekan Daun dan cabang dikeringkan, dibakar, abunya dicampur air Berbagai jenis kumbang dan penggerek daun.
10 Dringo Akar dibuat tepung lalu dicampur air Berbagai jenis serangga
11 Sudu, Sesudu Getahnya Berbagai jenis serangga
12 Cabe merah Dikeringkan, digiling menjadi tepung Berbagai jenis serangga
14 Bawang-bawangan Berbagai jenis bawang dimasak menjadi satu (daun, akar,batang) sehingga menjadi bubur kemudian dicampur air ( bila detergen atau bubur telah mengalami fermentasi justru lebih baik) Berbagai jenis serangga
15 Kembang kenikir Daunnya (2 genggam) dicampur 3 bawang putih, 2 cabai kecil, 2-3 bawang bombay, dimasak dengan air, dinginkan. Tambahkan 4-5 bagian air, aduk kemudian saring Berbagai jenis serangga
16 Bawang putih Ditambah bawang bombay, cabe digiling dengan sedikti air, didiamkan 1 kam, beri 2 sendok makan detergen, aduk kemudian ditutup. Simpan ditempat dingin selama 1 minggu. Berbagai jenis serangga
17 Gamonila Bunga kering diseduh air panas, dinginkan lalu saring. Penyakit damping off/rebah semai
18 Kucai Seduh dengan air panas, dinginkan lalu saring Cegah powdery mildew pada borries, donny mildew pada mentimun
19 Kunir Akar ditumbuk, dicampur urin sapi. Campuran dihancurkan dengan air dengan perbandingan 1 : 2-6 Berbgai jenis serangga dan ulat
20 Neem, Imba, Nimba Biji 2 genggam ditumbuk, campur dengan 1 lt air, aduk. Biarkan semalam lalu saring

Daun segar ditumbuk kemudian direndam air semalam. Esoknya disaring Berbagai jenis serangga



Berbagai jenis serangga
(Sumber tabel : Lembaran ‘Contoh-contoh Pestisida organik’ dari Yayasan Bina Sarana Bhakti (BSB) Cisarua Bogor.

Dengan memanfaatkan pestisida alami, para petani dapat menyediakan pestisida sendiri dengan jalan membudidayakan tumbuhan yang berfungsi sebagai pestisida.
Tingkat kemandirian petani akan semakin lebih tinggi, biaya untuk pengendalian hama dapat ditekan, mudah didapat, dan kemungkinan adanya residu pestisida pada bahan makanan hasil pertanian dapat ditekan serendah-rendahnya atau lebih idealnya dapat dihilangkan.

Jadi mengapa kita sebagai petani meragukan pengendalian hama secara alami ? Atau kita lebih takut dengan cap kolot, tradisional, kurang modern/ kampungan ?
Bukankah kita harus bangga karena sebenarnya kita meneruskan tradisi luhur nenek moyang kita yang arif dan bijaksana dalam mengelola lingkungan termasuk didalamnya lahan pertanian yang mewariskan keberhasilan dalam memproduksi bahan makanan hasil pertanian tanpa tergantung pupuk buatan maupun pestisida kimiawi dan hanya mengandalkan pada pengendalian hama secara alami ?
Yang perlu menjadi perhatian atau pekerjaan rumah (PR) bagi kita adalah mengkaji secara ilmiah, teruji, sahih, pengendalian secara alami yang telah dilakukan oleh nenek moyang kita sehingga dapat bermanfaat bagi para petani terutama para petani yang lemah, kecil dan tak mampu menyediakan uang untuk biaya beli ‘racun’ yang tiap tahun harganya tidak semakin menurun tetapi justru sebaliknya. Inilah tantangan bagi para pakar hama untuk meneliti penggunaan pestisida alami sehingga para petani yang kecil
dan lemahdapat berharap memperoleh informasi cara menyediakan pestisida alami yang murah, mudah dan jitu tetapi tetap bersandar pada asas pelestarian lingkungan.

Mudah-mudahan para petani kita tidak merasa turun gengsinya atau merasa kampungan jika memilih pengendalian hama secara alami sebagai pilihan yang dirasa paling tepat dalam mengelola usaha taninya. Semoga !

YBT Suryo Kusumo
Pendamping petani kecil/
Pekerja LSM di Timor Timur

Tidak ada komentar: